Selamat Datang Di Blog KAPMI Daerah Jakarta Barat Kesatuan Aksi Pelajar Muslim Indonesia (KAPMI) Daerah Jakarta Barat: Game ‘Mencekik’ Digandrungi Remaja

Kesetuan Aksi Pelajar Muslim Indonesia

Bertempat di SMA Al - Azhar Kebayoran tanggal 04 April 1999 lahirlah sebuah organisasi pelajar yang merupakan gabungan dari tujuh organisasi pelajar di DKI Jakarta

Berlangganan Berita

Sign up to receive latest news

Sabtu, 28 Agustus 2010

Game ‘Mencekik’ Digandrungi Remaja


INILAH.COM, Jakarta - Permainan ini dikenal dengan nama ‘choking games’. Setelah muncul di YouTube kemudian menjadi tenar di kalangan remaja. Fenomena berbahaya dan mengkhawatirkan.

Permainan mencekik ini sangat berbahaya bahkan mematikan. Remaja menggunakan smartphone untuk merekam kejadian seseorang mencekik leher temannya hingga kekurangan pasokan udara. Peristiwa ini kemudian ‘dipamerkan’ di internet.

Para ahli memperingatkan orangtua, pengajar dan pelayan kesehatan masyarakat untuk menyadari tren baru di kalangan remaja yang sering bermain tahan nafas.

Ciri-ciri remaja yang kecanduan permainan ini adalah mata merah, munculnya memar atau tanda merah di leher serta sering mengunjungi situs yang membahas asphyxiaton (gagalnya pasokan oksigen ke otak).

Daya tarik permainan ini adalah apa yang disebut ‘high’ atau kesenangan tersendiri pada seseorang yang terjadi saat otak kekurangan oksigen. Tren ini terus memakan korban yang semakin meningkat jumlahnya di seluruh dunia.

Minggu lalu, penyelidik menemukan kematian bocah laki-laki berusia 13 tahun asal Inggris. Game tersebut diperkirakan menjadi penyebab kematian anak yang bernama Harry Robinson ini.

Ia ditemukan meninggal di rumah oleh saudaranya. Berdasarkan penyelidikan dari teman sekolah Harry, aktivitas berisiko tinggi tersebut memang sedang marak di kalangan mereka.

“Ada cukup bukti yang menunjukkan bahwa Harry memang bereksperimen dengan permainan mencekik ini. Sayangnya, segala sesuatunya malah menjadi sangat berantakan.”

“Ada keprihatinan nasional yang sangat jelas soal peristiwa ini. Praktek membatasi pasokan udara ke otak sangat berbahaya bagi anak-anak karena bisa timbulkan kematian,” ujar pihak berwenang seperti dikutip dari Daily Mail.

Di sisi lain, Dangerous Behaviours Foundation AS mengatakan bahwa remaja bisa menjadi tidak sadar dalam hitungan detik saat permainan ini dilakukan. Dalam waktu tiga menit setelah pencekikan, fungsi dasar seperti memori, sistem keseimbangan dan sistem saraf pusat mulai gagal.

“Kematian terjadi beberapa saat setelahnya. Kejadian ini mencakup memar dan gangguan otak, patah tulang, kejang, kerusakan otak, kehilangan memori, pecahnya pembuluh darah retina, stroke dan lainnya.”

Selain marak video remaja yang dicekik orang lain atau melakukan hal ini sendiri, YouTube juga mulai dipenuhi rekaman gambar memilukan soal kematian.

Para ahli percaya bahwa setelah mengamati orang lain secara online, remaja mulai ‘coba-coba’ menggunakan alat peraga seperti selendang dan tali untuk menghilangkan rasa penasaran mereka.

Centres for Disease Control and Prevention AS mengatakan, “Meskipun permainan asphyxial telah dimainkan remaja di beberapa generasi, penggunaan alat tertentu saat bermain sendiri tampaknya merupakan praktik baru yang berakibat fatal.”

Organisasi ini mecoba memperingatkan bahaya kematian secara nasional dari tren permainan mencekik ini berdasarkan laporan berbagai media. Mereka mengakui bahwa pihak kepolisian seringkali tidak menyadari kejadian tersebut dan menganggap ini sekadar bunuh diri.

“Belum ada data kematian terkait praktek ini. Kami menggunakan laporan media terbaru untuk memperkirakan jumlah kematian akibat ‘choking game’. Kami mengidentifikasi adanya 82 kematian dari remaja berusia sekitar 19 tahun selama periode 1995 hingga 2007.”

Tahun lalu, berdasarkan survei di sekolah menengah Ontario, Kanada, ditemukan sekitar 79 ribu siswa atau 7% dari jumlah remaja secara keseluruhan yang ikut andil dalam permainan ini, berdasarkan laporan Toronto Star.

Valentina McInerney, profesor psikologi di University of Western Sydney, mengatakan bahwa sifat alami dari internet dapat digunakan untuk mendiskusikan pengaruh buruk permainan ini kepada para remaja.

“Saya percaya bahwa media visual dan jejaring sosial membuat tren permainan ini menyebar dengan cepat di seluruh dunia. Para remaja dengan mudah berbagi kesenangan dan risiko yang mereka alami,” kata McInerney.

“Saya menyarankan diskusi di keluarga sebagai cara proaktif. Saya ragu ada banyak orang yang ingin mencoba permainan tersebut apabila telah benar-benar paham soal bahaya dari permainan mencekik atau menahan nafas,” ujarnya lagi. [ito/mdr]

0 komentar:

Posting Komentar