Selamat Datang Di Blog KAPMI Daerah Jakarta Barat Kesatuan Aksi Pelajar Muslim Indonesia (KAPMI) Daerah Jakarta Barat: PPI "Masyarakat Indonesia berlebihan"

Kesetuan Aksi Pelajar Muslim Indonesia

Bertempat di SMA Al - Azhar Kebayoran tanggal 04 April 1999 lahirlah sebuah organisasi pelajar yang merupakan gabungan dari tujuh organisasi pelajar di DKI Jakarta

Berlangganan Berita

Sign up to receive latest news

Jumat, 27 Agustus 2010

PPI "Masyarakat Indonesia berlebihan"


Hubungan Indonesia-Malaysia kian memanas pascapenangkapan tiga petugas Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) 13 Agustus lalu. Pemerintah disarankan melakukan perlawanan terbuka jika jalur diplomasi tidak mampu berjalan efektif.

”Perlawanan terbuka artinya tidak harus jalur diplomasi, jika mereka keluarkan travel advisory, kita juga keluarkan. Perusahaan Malaysia di Indonesia dibekukan, pilihan akhirnya bisa gelar senjata dan perang secara terbuka,” ujar Direktur Lingkar Madani untuk Indonesia (Lima) Ray Rangkuti, Jumat (27/8) pagi tadi. Ray memimpin demonstrasi ke Kementerian Luar Negeri 19 Agustus lalu untuk memprotes pembebasan tujuh nelayan Malaysia yang mencuri ikan di perairan Indonesia.

Ray mengatakan, saat ini Malaysia sudah jelas-jelas tidak merasa takut pada Indonesia. Sudah seharusnya pemerintah melakukan sikap tegas terhadap Malaysia. ”Jika tidak tegas, maka akan membuktikan Malaysia tidak bisa diancam dan kita terlihat keok. Kedua, secara tidak sadar kita mengatakan bahwa daerah di mana polisi kita menangkap tujuh nelayan Malaysia adalah daerah sengketa, sehingga kita mengabaikan batas lautan kita,” paparnya.

Menurut Ray, jika hal ini terus berlanjut, secara tidak sadar berdampak panjang kepada bangsa kita yang akan dinilai miskin dan hina. Selain itu akan membuat harga diri bangsa Indonesia tidak ada. ”Pemerintah harus menaikkan harga dirinya, mengajak ini menjadi konflik terbuka. Karena Malaysia berkeyakinan Indonesia tidak akan serang balik mereka,” jelasnya.

Pemimpin keluarga Ray tidak yakin Presiden SBY mampu membawa Indonesia meningkatkan harga dirinya di hadapan Malaysia. Ray membandingkan dengan Presiden RI pertama, Soekarno, yang berani angkat senjata melawan Malaysia. ”Itu yang jadi problem. Kelasnya SBY itu kelasnya pemimpin untuk keluarga bukan untuk bangsa, karena kegiatan SBY yang selalu bercitra akan tidak berlaku dalam masalah ini. Berbeda dengan Presiden Soekarno,” tambahnya.

Sementara itu, Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Malaysia menyayangkan penyikapan kasus ini oleh sekelompok masyarakat di Tanah Air yang berlebihan sehingga semakin memperkeruh situasi hubungan Indonesia-Malaysia. ”Kami sangat menyayangkan aksi massa beberapa waktu lalu di depan kedutaan besar Malaysia di Jakarta yang tidak mencerminkan nilai-nilai dan jati diri budaya bangsa Indonesia,” ujar Ketua PPIM Muhammad Hamidi, kemarin.

PPIM, menurut Hamidi, meminta agar pemerintah Indonesia mengambil tindakan segera atas insiden yang memalukan di depan kedutaan Malaysia tersebut. Dia juga meminta agar media massa di Indonesia lebih objektif dalam menyampaikan laporan yang berkaitan dengan hubungan baik Indonesia- Malaysia.

”Karena ini untuk menghindari keretakan hubungan bilateral kedua negara yang sudah terjalin,” cetusnya. Meski demikian, dia juga sangat menyesalkan terjadinya pencurian ikan dan tindakan polisi marin Malaysia yang menahan tiga petugas DKP yang sedang menjalankan tugas di perairan Indonesia.

Dia menegaskan, masalah pelanggaran batas wilayah negara Indonesia merupakan masalah yang dapat mengganggu kedaulatan Indonesia. Karena itu wajar jika ada upaya melindungi kedaulatan.

”Karena itu pemerintah Indonesia dan Malaysia sebaiknya secepatnya menyelesaikan masalah batas wilayah perairan yang belum selesai sampai sekarang,” imbuh mahasiswa S2 di Universiti Malaysia ini.

Wakil Ketua PPI Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) Pramudita Lestari menambahkan, sikap ketidakpuasan sebagian masyarakat Indonesia terhadap cara penanganan pemerintah sebaiknya jangan diekspresikan dengan melecehkan simbol negara lain.

”Selain terus memainkan peran diplomatik, peran media juga sangat besar untuk mengembalikan hubungan baik kedua negara ini. Sebab masih banyak rakyat Indonesia yang menelan begitu saja berita tanpa diteliti tanpa dicerna,”tuturnya Mahasiswa Fakultas Ekonomi UKM ini mengaku, memanasnya hubungan kedua negara beberapa hari terakhir tidak berpengaruh terhadap pendidikan mahasiswa Indonesia di Malaysia.

”Selama ini respon mereka masih positif dengan kami selaku pelajar yang belajar dan hidup di negara mereka. Saya pun sebagai duta Indonesia secara tidak langsung, selalu berupaya untuk menjawab apa yang sebenarnya terjadi dengan tidak merendahkan martabat bangsa saya sendiri,” tuturnya.

Untuk diketahui, berdasarkan data tahun 2008 dari KBRI Kuala Lumpur, jumlah mahasiswa Indonesia di Malaysia mencapai lebih dari 10 ribu orang yang tersebar di berbagai kampus pemerintah dan swasta, mulai jenjang S-1 hingga doktoral (S3). dtc-pu

0 komentar:

Posting Komentar